Jumat, 19 Februari 2010

WAT WAT GAWOH: Berebut 'Kacang'

"SELAGI janur kuning belum terpasang, kamu masih bisa memiliki saya." Mungkin begitu pikir Kasih saat sedang dilanda asmara. Walau telah punya "burung", dia tetap asyik masyuk dengan "burung" idaman lain.

Dia tak tahu akibatnya, "burung" itu beradu berebut "kacang" dan berakhir tewas.

Awas minan, dang ngemain ko meranai. Sepatian urusan ni (Hati-hati bibi, jangan mempermainkan bujang. Nyawa urusannya).

Kejadian berawal saat Bontang yang sudah menjadi "burung" milik Minan Kasih melihat "kacang" kesukaannya disikat Sujarto, "burung" lainnya.

Bontang pun menguntit keduanya hingga berujung pembunuhan di Lapangan Tanah Merah, Cilincing. Bontang juga mengajak kerabatnya, Black untuk membuntuti pacarnya. Dengan pengawalan Black, akhirnya Bontang menanyakan apa yang dilakukan keduanya. "Ini kan punya saya, walau belum nikah. Ya tetap sudah saya patok, tidak bisa diambil siapa-siapa," kata Bontang.

Tapi dasarnya sudah terlanjur asyik dengan Kasih, Sujarto ngotot kalau dia berhak atas "kacang" itu. Kedua pengangguran bak dua burung merpati berebut pasangan, bertarung karena sama-sama merasa berhak atas perempuan itu. Parahnya, pertarungan diakhirnya dengan kematian Sujarto. Nah... kik radu reno repa de. Hara lamon kacang di pasar, api guwai sepatian (Nah... kalau sudah begitu, bagaimana dong? Alangkah banyak kacang di pasar, untuk apa berebut sampai mati). n DTC/U-3 (Lampost)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar